Selasa, 11 Juni 2013

Denudasi dan Deposisi Daerah Probolinggo

Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses denudasional tersebut sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Proses utama dalam denudasi adalah pelapukan dan pemindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan. Faktor yang mempengaruhi denudasi adalah topografi permukaan, geologikan kimiawi, iklim, aktivitas tektonik, biosfer (fauna dan flora) dan aktivitas manusia. Proses denudasi ini akan menghasilkan beberapa fenomena antara lain lereng puing dan longsoran bukit (rockfall dan landslide).
Probolinggo terdapat daerah pesisir di bagian utara dan pegunungan/perbukitan di daerah selatan. Sehingga Probolinggo terdiri dari satuan bentuk lahan dataran alluvial yang terjadi akibat kegiatan proses marine, seperti arus dan gelombang serta pasang surut air laut dan dataran alluvial yang merupakan bentukan asal denudasi yang terjadi akibat proses gerak massa batuan yang umumnya terjadi pada daerah yang berlereng, seperti pada kawasan Bromo-Tengger.

Gambar Lereng Sekitar Kompleks Bromo-Tengger

Di daerah Probolinggo bagian selatan (daerah berlereng), terjadi erosi karena curah hujan yang tinggi. Sehingga lapisan bagian atas (topsoil) di lereng atas terangkut menuju ke lereng bawah. Partikel-partikel tanah ternyata tidak hanya terangkut hingga ke lereng bawah, namun partikel-partikel yang masih dapat diangkut oleh air dibawa oleh air menuju sungai. Sungai ini kemudian membawa bahan sedimentasi hingga tidak dapat terangkut lagi oleh air sungai sehingga membentuk sebuah dataran di sekitar sungai (proses aluvial).

Gambar Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo (dari Google Earth)

Sedangkan di bagian utara (daerah pesisir-dataran), terjadi pengikisan oleh ombak air laut sehingga membentuk sebuah daratan (tanjung). Salah satu contoh yang terdapat di daerah Probolinggo adalah Tanjung Tembaga. Selain itu, juga terdapat beberapa muara kecil sungai yang berhubungan dengan air laut (fluvio marine).  Akibat hempasan oleh ombak dari laut dan terbawanya bahan sedimen dari sungai-sungai mengakibatkan dataran baru. Dataran-dataran ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian dan tambak. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah juga menggunakannya sebagai wilayah konservasi hutan mangrove.

Gambar Wilayah Hutan Mangrove Probolinggo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar