Proses denudasi merupakan proses yang cenderung
mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses
yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan
saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih
sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak
berstruktur. Proses denudasional tersebut sangat dipengaruhi oleh tipe
material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta
sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik
yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar
tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak
teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan
lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan
bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta
kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Proses utama dalam denudasi adalah pelapukan dan
pemindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi
dan gerak massa batuan. Faktor yang mempengaruhi denudasi adalah topografi
permukaan, geologikan kimiawi, iklim, aktivitas tektonik, biosfer (fauna dan
flora) dan aktivitas manusia. Proses denudasi ini akan menghasilkan beberapa
fenomena antara lain lereng puing dan longsoran bukit (rockfall dan landslide).
Probolinggo terdapat daerah pesisir di bagian utara
dan pegunungan/perbukitan di daerah selatan. Sehingga Probolinggo terdiri dari
satuan bentuk lahan dataran alluvial yang terjadi akibat kegiatan proses marine,
seperti arus dan gelombang serta pasang surut air laut dan dataran alluvial yang
merupakan bentukan asal denudasi yang terjadi akibat proses gerak massa batuan
yang umumnya terjadi pada daerah yang berlereng, seperti pada kawasan
Bromo-Tengger.
Gambar Lereng Sekitar Kompleks Bromo-Tengger
Di daerah Probolinggo bagian selatan (daerah
berlereng), terjadi erosi karena curah hujan yang tinggi. Sehingga lapisan
bagian atas (topsoil) di lereng atas terangkut menuju ke lereng bawah.
Partikel-partikel tanah ternyata tidak hanya terangkut hingga ke lereng bawah,
namun partikel-partikel yang masih dapat diangkut oleh air dibawa oleh air
menuju sungai. Sungai ini kemudian membawa bahan sedimentasi hingga tidak dapat
terangkut lagi oleh air sungai sehingga membentuk sebuah dataran di sekitar
sungai (proses aluvial).
Gambar Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo (dari
Google Earth)
Sedangkan di bagian utara (daerah pesisir-dataran),
terjadi pengikisan oleh ombak air laut sehingga membentuk sebuah daratan
(tanjung). Salah satu contoh yang terdapat di daerah Probolinggo adalah Tanjung
Tembaga. Selain itu, juga terdapat beberapa muara kecil sungai yang berhubungan
dengan air laut (fluvio marine). Akibat hempasan oleh ombak dari laut dan
terbawanya bahan sedimen dari sungai-sungai mengakibatkan dataran baru.
Dataran-dataran ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian
dan tambak. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah juga menggunakannya
sebagai wilayah konservasi hutan mangrove.
Gambar Wilayah Hutan Mangrove Probolinggo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar